DISPARBUD BOLSEL HADIR PADA DIALOG SEJARAH YANG DIGELAR P3IKM

Berita 14/01/2020

Bolaang Uki, Generasi Milenial yang juga punya nama lain Generasi Y atau Generasi Langgas adalah, kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka disebut milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati millennium kedua.

Selanjutnya ada Generasi Z, yang belakangan diketahui adalah mereka yang lahir pada 1995-1997. Pada dekade terakhir, Generasi Z terus mengalami perubahan yang dinamis dari seluruh aspek kehidupan.  Sejauh ini Generasi Z dikenal sebagai karakter yang lebih tidak fokus dari milenial, tapi lebih serba bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja. Lebih wirausahawan, dan tentu saja lebih ramah teknologi.

Khusus untuk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sendiri, para user yang hidup sebagai Generasi Y dan Generasi Z ini, kebanyakan berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, dan juga entrepreneur muda. Mereka adalah kumpulan para figur yang sangat peduli dengan perkembangan sejarah di tengah rentannya segala pengaruh dan kemampuan teknologi yang ada. Ini dibuktikan dengan, diprakarsainya sebuah kegiatan berbasis dialog dan diskusi yang mengangkat sejarah masyarakat Bolango. Bolsel sendiri diketahui merupakan daerah eks-swapraja dan diduduki oleh 4 etnis besar yakni, Gorontalo, Mongondow, Bolango dan juga Sanger. Dengan mengusung tema “Mengangkat Sejarah Bolango di Era Milenial” para pemuda dan pelajat yang tergabung dalam P3IKM (Perkumpulan Pemuda dan Pelajar Indonesia Kota Molibagu) ini sukses mengadakan acara Dialog  dan Diskusi santai, semalam Senin(13/01/2020) bertempat di Kampung Bolango, Desa Popodu. Dialog terbuka ini menghadirkan para pelajar, tokoh masyarakat, budayawan, sejarawan dan juga elemen masyarakat lainnya.

Hadir sebagai narasumber dan pembicara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Wahyudin Kadullah, Budayawan S.E Gobel, dan juga perwakilan dari P3IKM, Dadip Thanta. Sebagai pengantar,, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Wahyudin Kadullah mengatakan, bahwa dirinya memberikan apresisasi yang tinggi terhadap kegiatan ini dan berharap agar kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan membuka khasanah berfikir Generasi Milenial yang ada di Bolsel tentang pentingnya melestarikan sejarah Bolango yang dinilai nyaris punah. “Kalo sekarang-sekarang ini mo cari anak muda yang jago teknologi, banyak. Mar mo cari yang masih ingat dan menaruh minat besar terhadap sejarah Bolango, so sadiki skali. Ini disayangkan, karena torang tau bersama kalo kesamaan karakter dan sejarah, merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa. dan itu dimumali dari generasi mudanya” katanya antusias. “Kebetulan torang le napa sementara basusun Dokumen PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah), esensinya nanti full budaya, seni, dan sejarah, salah satunya sejarah Bolango. Mudah-mudahan para budayawan dengan para pemuda di sini bisa bersinergi untuk bersama-sama torang kase rampung itu dokumen” tambahnya panjang lebar.

Memang saat ini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sedang dalam proses penyusunan Dokumen PPKD guna memperoleh dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat terkait pengembangan Kebudayaan yang ada di daerah.

Kaka Yogi (sapaan akrab S.E Gobel) mengatakan, bahwa peran Generasi Milenial dalam mengangkat eksistensi Sejarah Bolango saat ini sangatlah penting. Di usia yang masih produktif seperti saat ini, justru mereka-lah yang seharusnya bisa melestarikan dan mengembangkan sejarah yang ada di daerah untuk kemudian digunakan dan diimplementasikan secara bijak seiring berkembangnya teknologi.

“Sekarang ini, so ada beberapa buku yang mengulas penuh tentang sejarah Bolango yang telah sukses diterbitkan. Dan torang orang-orang tua rasa, itu bisa ngoni (merujuk kepada generasi muda) jadikan sebagai literatur dan dasar untuk sama-sama torng mengangkat deng lestarikan sejarah Bolango ini” katanya dengan penuh wibawa.

Tidak dapat dipungkiri, adanya varietas gaya hidup oleh Generasi Y dan Generasi Z sebagai Generasi Milenial saat ini, membuat banyak pemuda enggan lagi untuk melirik tentang sejarah di daerah mereka masing-masing. Kemudahan fitur dan aplikasi  yang ditawarkan oleh gadget membuat sejarah seakan terkikis oleh teknologi. Hanya sedikit, dari sekian banyak pemuda yang masih peduli terhadap eksistensi sejarah.

Dadip Thanta, yang merupakan salah satu dari keynote speaker mewakili P3IKM juga tak mau kalah dalam mengutarakan pendapatnya. Sebagai salah satu dari pemuda yang hidup di era Generasi Milenial, dirinya menilai bahwa Sejarah dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya merupakan patokan masyarakat saat ini untuk berperilaku dan berkehidupan. “Malam ini awal gerakan cinta kebudayaan yang sudah sama-sama torang mulai, dan segala sesuatu yang terjadi sampai detik pelaksanaan dialog ini, semua karna ada kerjasama yang baik antara pemerintah, tokoh masyarakat deng generasi muda. Sy pribadi berharap, deng kegiatan seperti ini bisa berlanjut terus untuk menjaga semangat pemuda dalam belajar sejarah deng budaya daerah” katanya bersemangat.

Selain para narasumber di atas, hadir pula beberapa budayawan dan sejarawan lainnya, seperti, Ridwan Ali, Hasan Muda, Abadi Yusuf, Hadjar Gobel dan Jemmy Marwan. Dialog sejarah ini merupakan yang kedua kalinya digelar oleh para pelajar P3IKM. Sebelumnya pernah dilaksanakan acara serupa pada tahun 2017 lalu. Sebelum acara ditutup, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan menyempatkan untuk membagikan buku berjudul “Napak Tilas Raja-raja Kerajaan Bolango” karya Almarhum bapak Deddy Arie Van Gobel kepada para tamu undangan.